Ramadhan, bulan yang selalu mengingatkanmu beberapa hal di belakang, beberapa hal yang telah berlalu. Entah itu baik atau buruk. Sebagai pengingat untuk lebih memperbanyak kebaikan-kebaikan dan mereduksi keburukan-keburukan. Ramadhan ini, kembali mengingatkan saya beberapa hal yang seharusnya tidak saya tinggalkan di masa lalu. Tentu, penyesalan akan selalu ada di belakang. Dan penyesalan itu muncul lebih dari 10 tahun kemudian.
Beberapa hari kemarin, ada teman di salah satu grup sharing di WhatsApp menawarkan dagangannya berupa Al Qur'an yang dilengkapi dengan metode menghafal, katanya bisa hafal 1 lembar dalam 3 jam. Responku malah bilang 3 jam? Apa itu tidak terlalu lama? Tapi, kalau ingat umur sekarang yang sudah lebih dari seperempat abad rasanya itu masih realistis. Memang, dulu sewaktu SMP kelas satu saya pernah menghafal juga, dan ini yang paling saya sesalkan, dan sekarang hanya ada kata PERNAH. Kenapa saya sesali? Sekarang baru sadar kenapa dulu saya berhenti, padahal waktu itu saya sudah hampir hafal juz 2 dan juz 1 Alhamdulillah sudah lancar. Kalau tidak berhenti waktu itu, mungkin sekarang sudah hafal 30 juz. Terkadang saya iri melihat anak-anak yang menghafal Al-Qur'an itu. Betapa bahagia orang tua mereka melihatnya.
Dulu, kami menghafal hanya dengan metode repetisi, ulangi, ulangi, ulangi, ulangi, sampai lancar. Tidak ada yang spesial, kecuali target setor hafalan itu minimal setengah halaman Al Qur'an setiap hari, kecuali hari Jumat, karena kami hanya mendapat jatah libur hari Jumat saja. Apa konsekuensi ketika kami tidak mencapai target itu? Maka siap-siap mendapat cubitan di paha yang bisa membuat seorang anak kelas 1 SMP mengeluarkan air mata, atau paling tidak dapat pukulan di betis dengan menggunakan gagang payung yang dari besi. Ngeri? Dulu, bagi kami itu biasa. Kalau itu terjadi sekarang, mungkin guru ngaji kami sudah dipolisikan dan kemudian berhentilah kami menghafal. Tapi, bagi yang mendapat 'hukuman' seperti itu tentu saja memalukan karena itu berarti kami lebih banyak main-mainnya, dan kejadian seperti itu tidak akan pernah kami sampaikan ke orang tua kami, karena kami malu dan juga takut nanti malah dapat 'tambahan'.
Ah, iya kembali tadi kenapa saya mengatakan 3 jam itu lama untuk 1 lembar Al Qur'an? karena dulu waktu kami menghafal itu mulai ba'da Ashar sampai sekitr jam 5-an sore, dan jumlah kami belasan sampai 20an orang dengan hanya satu guru ngaji. Praktis waktu kami menghafal itu hanya sekitar setengah jam karena harus bergantian lagi untuk setor hafalan. Bagaimana? berminat menghafal di tempat saya dulu belajar menghafal? Kalau anak masa kini ditanya, saya kok yakin ya kalau tidak akan ada yang mau menghafal dengan metode seperti itu. Hahaha... Eh lupa, setiap selesai menghafal, guru kami selalu menyuguhi makanan, entah itu gorengan atau permen.
Penyesalan saya yang lain adalah saya menyia-nyiakan kesempatan mengumpulkan pahala yang insya Allah tidak akan terputus ketika saya meninggal nanti, apa itu? Mengajarkan Al-Qur'an. Ya, sewaktu SMP juga saya pernah diminta untuk mengajar membaca Al Qur'an untuk anak-anak dengan metode IQRA'. Yang saya sesali kenapa saya berhenti, mungkin karena waktu itu saya belum tahu keutamaannya. Jadilah saya berhenti juga mengajar membaca Al-Qur'an setelah beberapa bulan. Tak lain karena waktu bermain saya berkurang.
Selain menghafal dan mengajar membaca Al-Qur'an, masih ada lagi yang saya sesali, yaitu kenapa saya berhenti belajar bahasa Arab. Yah, saya juga pernah belajar bahasa Arab, tapi karena merasa itu susah, tidak semudah belajar bahasa Inggris, akhirnya saya juga berhenti. Dan sekarang baru kemudian mau belajar bahasa Arab lagi.
Mungkin, beberapa penyesalan di atas sebagai pengingat bagi diri saya untuk tidak berhenti berbuat untuk hal-hal yang baik. Karena boleh jadi, apa yang kita anggap sesuatu itu tak ada gunanya dilakukan menjadi sebuah penyesalan yang besar di kemudian hari apalagi di HARI KEMUDIAN. Penyesalan itu mungkin tidak datang besok, lusa, minggu depan, tapi bisa bertahun-tahun setelah kita melewatkannya.
Tapi, semuanya belum terlambat jika ingin berubah. Meski waktu yang berlalu itu sudah tak mungkin lagi untuk kembali kita masih punya kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi selama nyawa kita belum dicabut. Ingat, sesuatu yang pasti itu adalah kematian yang tidak menunggumu siap atau tidak,dalam kondisi baik atau tidak. Jika waktunya sudah tiba, maka tak akan ada seorangpun yang bisa menolaknya atau memundurkan waktunya walau sedetik.
Ah, iya mengenai menghafal Al-Qur'an itu, agar dimudahkan... minta doa pada Allah agar diberi pemahaman dan dimudahkan dalam menghafal, butuh komitmen dan konsistensi serta berusaha meninggalkan dosa dan maksiat. Jangan mengharap keturunan kita menjadi penghafal Al Qur'an jika kita tidak berusaha menghafal dan mengamalkannya dari sekarang.
*Note: Jika ada yang berminat untuk memesan Al Qur'an seperti gambar di atas bisa hubungi saya di nomor 085256007869 (sms/WA) atau pin BBM 5727D8B1 nanti saya hubungkan dengan penjualnya.
Beberapa hari kemarin, ada teman di salah satu grup sharing di WhatsApp menawarkan dagangannya berupa Al Qur'an yang dilengkapi dengan metode menghafal, katanya bisa hafal 1 lembar dalam 3 jam. Responku malah bilang 3 jam? Apa itu tidak terlalu lama? Tapi, kalau ingat umur sekarang yang sudah lebih dari seperempat abad rasanya itu masih realistis. Memang, dulu sewaktu SMP kelas satu saya pernah menghafal juga, dan ini yang paling saya sesalkan, dan sekarang hanya ada kata PERNAH. Kenapa saya sesali? Sekarang baru sadar kenapa dulu saya berhenti, padahal waktu itu saya sudah hampir hafal juz 2 dan juz 1 Alhamdulillah sudah lancar. Kalau tidak berhenti waktu itu, mungkin sekarang sudah hafal 30 juz. Terkadang saya iri melihat anak-anak yang menghafal Al-Qur'an itu. Betapa bahagia orang tua mereka melihatnya.
Dulu, kami menghafal hanya dengan metode repetisi, ulangi, ulangi, ulangi, ulangi, sampai lancar. Tidak ada yang spesial, kecuali target setor hafalan itu minimal setengah halaman Al Qur'an setiap hari, kecuali hari Jumat, karena kami hanya mendapat jatah libur hari Jumat saja. Apa konsekuensi ketika kami tidak mencapai target itu? Maka siap-siap mendapat cubitan di paha yang bisa membuat seorang anak kelas 1 SMP mengeluarkan air mata, atau paling tidak dapat pukulan di betis dengan menggunakan gagang payung yang dari besi. Ngeri? Dulu, bagi kami itu biasa. Kalau itu terjadi sekarang, mungkin guru ngaji kami sudah dipolisikan dan kemudian berhentilah kami menghafal. Tapi, bagi yang mendapat 'hukuman' seperti itu tentu saja memalukan karena itu berarti kami lebih banyak main-mainnya, dan kejadian seperti itu tidak akan pernah kami sampaikan ke orang tua kami, karena kami malu dan juga takut nanti malah dapat 'tambahan'.
Ah, iya kembali tadi kenapa saya mengatakan 3 jam itu lama untuk 1 lembar Al Qur'an? karena dulu waktu kami menghafal itu mulai ba'da Ashar sampai sekitr jam 5-an sore, dan jumlah kami belasan sampai 20an orang dengan hanya satu guru ngaji. Praktis waktu kami menghafal itu hanya sekitar setengah jam karena harus bergantian lagi untuk setor hafalan. Bagaimana? berminat menghafal di tempat saya dulu belajar menghafal? Kalau anak masa kini ditanya, saya kok yakin ya kalau tidak akan ada yang mau menghafal dengan metode seperti itu. Hahaha... Eh lupa, setiap selesai menghafal, guru kami selalu menyuguhi makanan, entah itu gorengan atau permen.
Penyesalan saya yang lain adalah saya menyia-nyiakan kesempatan mengumpulkan pahala yang insya Allah tidak akan terputus ketika saya meninggal nanti, apa itu? Mengajarkan Al-Qur'an. Ya, sewaktu SMP juga saya pernah diminta untuk mengajar membaca Al Qur'an untuk anak-anak dengan metode IQRA'. Yang saya sesali kenapa saya berhenti, mungkin karena waktu itu saya belum tahu keutamaannya. Jadilah saya berhenti juga mengajar membaca Al-Qur'an setelah beberapa bulan. Tak lain karena waktu bermain saya berkurang.
Selain menghafal dan mengajar membaca Al-Qur'an, masih ada lagi yang saya sesali, yaitu kenapa saya berhenti belajar bahasa Arab. Yah, saya juga pernah belajar bahasa Arab, tapi karena merasa itu susah, tidak semudah belajar bahasa Inggris, akhirnya saya juga berhenti. Dan sekarang baru kemudian mau belajar bahasa Arab lagi.
Mungkin, beberapa penyesalan di atas sebagai pengingat bagi diri saya untuk tidak berhenti berbuat untuk hal-hal yang baik. Karena boleh jadi, apa yang kita anggap sesuatu itu tak ada gunanya dilakukan menjadi sebuah penyesalan yang besar di kemudian hari apalagi di HARI KEMUDIAN. Penyesalan itu mungkin tidak datang besok, lusa, minggu depan, tapi bisa bertahun-tahun setelah kita melewatkannya.
Tapi, semuanya belum terlambat jika ingin berubah. Meski waktu yang berlalu itu sudah tak mungkin lagi untuk kembali kita masih punya kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi selama nyawa kita belum dicabut. Ingat, sesuatu yang pasti itu adalah kematian yang tidak menunggumu siap atau tidak,dalam kondisi baik atau tidak. Jika waktunya sudah tiba, maka tak akan ada seorangpun yang bisa menolaknya atau memundurkan waktunya walau sedetik.
Ini Al-Qur'an yang di share teman saya |
*****
*Note: Jika ada yang berminat untuk memesan Al Qur'an seperti gambar di atas bisa hubungi saya di nomor 085256007869 (sms/WA) atau pin BBM 5727D8B1 nanti saya hubungkan dengan penjualnya.
=====
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan SIGi Makassar #SIGiMenulisRamadhan
Baca tulisan teman yang lain disini:
- Nunu >> nuralmarwah.com
- Amma >> nurrahmahs.com
- Ammy >> rahmianarahman.blogspot.com
- Kyuu >> kyuuisme.wordpress.com
- Inov >> inanovita.blogspot.com
- Ancha >> rancaaspar.wordpress.com
- Ratih >> burningandloveable.blogspot.com
- Indi >> inditriyani.wordpress.com
- Jabbar >> begooottt.wordpress.com
- Oshin >> uuswatunhasanah.tumblr.com
- Ayu >> ayutawil.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar