Piiippp…
Klakson motorku kubunyikan sekali, sebagai kode untuk kau agar
segera naik mengisi boncenganku yang kosong atau mungkin sengaja kukosongkan
untukmu. Pernah tidak kau berpikir bahwa aku sengaja menghitung, bukan… bukan
menghitung hanya memperkirakan waktu berangkatmu dari rumah ke sekolah? Sehingga
tepat ketika kau menyeberang jalan di depan rumahmu aku sudah berada di
belakangmu. Padahal rumah kita berjarak satu kilometer dan kita tidak ada janji
untuk berangkat sekolah barengan.
Hampir setiap pagi aku melakukannya dan aku yakin kau tak
menyadarinya. Mungkin kau hanya berpikir itu adalah kebetulan yang terjadi
berulang kali, padahal aku bisa saja berangkat ke sekolah lebih cepat dan
memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Karena
aku pernah melakukannya hanya untuk mengukur waktu tercepat yang kutempuh untuk
sampai ke sekolah. Yah, hanya sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu terlambat
karena sesuatu dan lain hal.
Vika, hal sederhana seperti berboncengan denganmu saat ke
sekolah itu cukup untuk membuatku bahagia sepanjang hari, kau tak pernah tahu
kan? Ah, kau tak perlu tahu tentang itu. Cukuplah aku dengan segala rasaku yang
hanya bisa kupendam karena ketakutanku akan kehilanganmu. Cukup bagiku
mendengar ceritamu tentang novel yang sedang kau baca. Waktu istirahat sekolah
menjadi waktu favoritku, karena kita bisa menghabiskannya dengan diskusi
tentang apa yang telah kita baca, bukan menghabiskan waktu di kantin sekolah.
“Hei, semalam baca apa lagi?” tanyaku setelah menepuk
pundakmu sesaat setelah jam pelajaran selesai.
“Ah, ini… novel Ayat-ayat Cinta” jawabmu sekenanya.
“Bagaimana ceritanya?”
“Belum kelar bacanya juga, nantilah saya ceritakan kalau
sudah kelar bacanya. Eh, makan yok… laper ini, tadi belum sempat sarapan di
rumah.” Katamu sambil tersenyum dan menggerakkan kedua alismu.
“Okelah.”
Ah, permintaanmu yang
mana yang bisa kutolak? Sepertinya tak ada. Aku selalu kehilangan banyak kata
ketika berbicara denganmu. Kau tak pernah tahu kan berapa kecepatan denyut
jantungku ketika di depanmu? Andai kau tahu, aku yakin kau pasti akan
menertawakanku. Hahaha… aku saja menertawai diriku sendiri.
Ini pengakuanku. Kau tahu? Aku sebenarnya tak pernah menyimak
apa yang kau ceritakan, aku hanya memperhatikan caramu bercerita, kemudian
melayangkan anganku dalam ceritamu. Menikmati setiap detik waktu denganmu. Yah,
berada di dekatmu itu aku merasakan kenyamanan tersendiri. Andai saja pengakuan
ini berani ku ungkap padamu.
Vika… aku…
=====
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan SIGi Makassar #SIGiMenulisRamadhan
Baca tulisan teman yang lain disini:
- Nunu >> nuralmarwah.com
- Amma >> dandelionwannabe.wordpress.com
- Ammy >> rahmianarahman.blogspot.com
- Kyuu >> kyuuisme.wordpress.com
- Inov >> inanovita.blogspot.com
- Ancha >> rancaaspar.wordpress.com
- Ratih >> burningandloveable.blogspot.com
- Indi >> inditriyani.wordpress.com
- Jabbar >> begooottt.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar